28 December 2010

Obrolan malaikat maut itu merobek robek hati kami.

Semalam aku seperti tidur tapi berjaga.

Sebuah mimpi telah melewati ruhku yang sedang tumbuh mengenali Tuhan Allah yang Maha Suci.

Berkerumun bertiga dan bertemu seorang Laki laki tinggi besar dan berwajah indah tapi selalu nampak kesedihan yang dalam.

Kami bertiga dikenalkan padanya bahwa dia El Maut yang suatu saat akan mendatangi kami lagi.

Obrolan kami seolah panjang sekali.

Seolah olah obrolan itu seperti tujuh hari tujuh malam tanpa henti.

Kami berempat terus menerus menangis menerima nasehat lelaki tampan bermata tajam dan selalu mengisaratkan
duka yang dalam.

Seolah olah semua obrolan malaikat maut itu merobek robek hati kami.

Kadang malaikat maut itu berhenti dan beristirahat sambil menghirup kopi kesukaannya.

Beliau menghirup kopi jawa di tepian warung gelap di tengah hutan yang kelam.

Dimana kami bertiga telah kehilangan selera minum kami.

Yang ada hanya air mata menyesali kebodohan kami.

Waktu beliau menawarkan secangkir kopi jawa.

Karena menurut beliau Kopi Jawa adalah Kopi ternikmat di dunia.

Kami menerima namun seperti tak berselera.

Cerita beliau dibumbui komentar kopi jawa dan bosannya mencabut nyawa.

Karena menurut beliau tidak ada kerjaan yang lebih menakutkan dari kerjaan Malaikat Maut.

Hanya satu pengalaman yang paling tidak beliau lupa.

Ketika beliau menarik Ruh Nur Muhammad.

Begitu lembut.

Begitu harum.

Begitu Suci.

Beliau juga menangisi kepergian Imam Husein.

Seolah beliau ingin merubah laju sejarah.

Tidak pantas Jasad dari Ruh Sesuci Imam Husein di nista seperti itu.

Beliau juga mengajak kita melupakan dendam sejarah.

Seolah beliau melihat manusia berkelahi tanpa alasan.

Sambil menghirup manisnya kopi jawa yang pekat beliau bercerita.

Alangkah anehnya manusia.

Mereka meninggalkan masjid tapi mereka mengaku muslim

Bahkan mereka sibuk bertengkar tentang mazhab.

Padahal tak satupun dari mereka yang paham kitab.

Seolah obrolan beliau mulai merobek robek hati kami yang keras.

Sambil tersenyum kecut.

Malaikat maut bertanya apa yang kalian jawab ketika Tuhan kalian bertanya.

Apa yang kalian lakukan untuk yatim yatim yang kehilangan sang pencahari nafkah?

Bukankah kalian asik menulis email, kala rakyat kelaparan di tepi merapi.

Betapa banyaknya anak anak terlantar.

Betapa banyaknya jiwa jiwa tersiksa.

Dimana kalian saat itu ketika Tuhan kalian memerintahkan untuk menolong sesama manusia.

Sambil menangis malaikat maut bertanya pada kami bertiga.

Sudahkah kalian membaca sejarah hidup kalian.

Berapa manusia yang benar benar mencintai kalian?

Pernahkah kalian menolong manusia lain dengan sepenuh ikhlash dan penuh cinta.

Kami bertiga pun ikut menangis.

Obrolan malaikat maut itu mulai selangkah demi selangkah merobek robek hati kami.

Lalu ia bertanya:

Mana yang lebih kejam Iblis atau kalian?

Iblis tidak pernah melukai hati ibu kalian.

Sedang kalian berbicara keras pada ibu kalian yang Suci.

Tuhan Allah saja sangat cinta pada para ibu dan hormat.

Mengapa kalian yang rendah tidak pernah bersujud dan mencium telapak kaki ibu.

Kembali air mata kami mengalir.

Seolah wajah wajah ibu kami yang suci terlihat menangisi kekurang ajaran kami selama ini.

Obrolan Elmaut mulai menghancurkan keras nya hati kami.

Lalu beliau bercerita.

Betapa sedihnya beliau mendengar manusia manusia disiksa dikubur.

Padahal mereka punya anak lelaki.

Tapi anak lelaki itu tidak pernah mendoakan ayahnya.

Elamut bertanya pada kami dan seolah memerintah.

Jangan lupakan doa dalam dudukmu dan berdirimu.

Doakan ayah kalian.

Doakan teman kalian.

Doakan saudara lelaki kalian.

Dan yang paling Indah doakan Nabi Kalian beserta ibu ibu suci kalian.

Keluarkan suara suara cinta dalam doa doa kalian.

Bangunlah malam dan bersujud pada Allah.

Dan berdoalah untuk Nabi suci, keluarga suci dan orang tua kalian.

Elmaut pun bercerita terus dan kadang menangis.

Aku heran kenapa Allah harus menurunkan kitab suci.

Padahal manusia sibuk dengan harta dan kebanggaan.

Tidakkah manusia cukup bercerita tentang Maut yang kusampaikan.

Yang menjemput mereka kala mereka menghitung harta.

Aku kadang bosan dengan mengambil nyawa manusia.

Mereka mati tanpa pernah mencintai Tuhan yang memberi mereka hidup.

Apa susahnya bersyukur pada Tuhan Allah.

Dia telah memberi kita segalanya.

Lalu el Maut pun berpesan pada kita bertiga.

Agar kalian bersiap siap untuk mati.

Agar beliau bisa mencabut nyawa kami dalam keharuman manusia sejati.

Agar beliau bisa merasakan harumnya ruh ruh mukmin sejati.

Ketika kami bertanya kapan itu datangnya?

Beliau meminum sedupan terakhir kopi jawa.

Jangan pernah bertanya, karean dia pun tidak pernah tau sebelum diberi tahu Allah.

Pesannya bersiap siaplah akan datangnya maut.

Karena maut tidak pernah lupa mendatangi manusia.

(simber: milis)

No comments: