30 June 2010

What I wish to be and what they told me to be

Ohisashiburi, readers! Setelah sekian lama vakum karena ke(sok)sibukan saya ke sana-sini, jadi blog ini sedikit terbengkalai dan hampir masuk kategori 'Tidak Layak Baca'. Mungkin kalau blog ini sampah, udah di-daur ulang mungkin.

Hari Sabtu kemarin baru terima rapot dan alhamdulillah cukup memuaskan. Dan cukup shock karena mengetahui bahwa ranking 1 kelas saya rata"nya sembilanempatkomaan, saya mengambil kesimpulan bahwa kelas XII nanti belajarnya bener-bener gak boleh kedistract sama apapun kalo mau mendapatkan hasil maksimal. Karena saya orang yg cukup sensitif terhadap bunyi-bunyian (jadi kalo ada bunyi sedikit bakal gak fokus)-kecuali kalau saya tidur karena saya orang yg lumayan kebo *blak-blakan dikit lah*. Pengen jadi nerd setahun biar bisa menuai buah yg manis nantinya.

Gak kerasa banget. Bener-bener gak kerasa kalo udah ngelewatin kelas XI. Tahun yg disibukkan oleh organisasi, tahun di mana materi pelajaran lagi hot-hotnya digenjot, tahun yang paling cepet yg pernah saya laluin, beneran. Rasanya baru kemarin ada berita Mama Lauren meninggal, dan gue baru nyadar kalau berita itu muncul bulan Mei (gak penting sih, tapi anehnya saya bener" kaget pas tahu kalo berita itu muncul bulan Mei. Gue sangkain awal Juni atau kapankek). Satu minggu di kelas XI ini berasa sekejap mata banget. Tahu-tahu udah episode baru Maid Sama aja (Author note: Maid Sama tayang tiap Minggu malem, jadi kalo udah ada iklan"nya, gue agak parno soalnya gak nyadar udah mau ganti minggu).

Hal yg paling meresahkan hingga saat ini adalah: saya masih milih" jurusan kuliah yg disetujui sama ortu. Karenaaaaaa tipikal ortu Indonesia adalah profit oriented. Kalo mereka gak ngeliat perspektif kerja yg jelas buat kedepannya, mereka gak bakal setuju sama jurusan yg dipilih sama anaknya. Dan ujung-ujungnya menyarankan satu jurusan yg paling saya tidak sukai: kedokteran.

Kenapa kedokteran?

Menurut sumber yang (sepertinya) terpercaya (baca: orangtua saya), katanya saya punya bakat. Entah apakah itu penilaian yg subjektif atau tidak (karena sebagian besar keluarga saya adalah dokter), karena menurut saya sendiri, saya bingung wujud dari bakat yg mereka maksud itu berupa apa. Apakah karena banyak orang yg saya pijit dan mereka bilang pijitan saya enak, lantas saya punya bakat untuk menyembuhkan orang? Nggak kan? Seharusnya mereka membiarkan saya jadi tukang pijit kalau itu contohnya.

Selain itu, mereka bilang saya punya kapasitas otak yg memadai. INI JELAS SAYA BANTAH. Karena bukti konkret menunjukkan kalau nilai terjelek saya di rapor adalah Biologi, di mana pelajaran itu merupakan landasan pengetahuan yg berbau kedokteran dan sejenisnya.

Dan yg paling gak make sense, mereka bilang bahwa orang-orang yg mereka tinggikan (baca: ulama terkemuka di suatu daerah - FYI, keluarga saya cukup rajin menyambangi mereka, tanpa tahu mereka menjalani Islam secara kaffah atau tidak, jadi ulama yg disebutkan di sini agak kurang saya percayai kebenarannya) berkata bahwa saya pasti jadi dokter. Untuk ukuran orang yg baru pertama kali bertemu, hal itu gak make sense sama sekali. Mungkin karena hampir semua orang bilang kalau saya carbon copy ayah saya persis - cuma beda gender doang, sehingga mereka bilang kalo saya punya muka dokter. YA IYALAH. Coba kalo ayah saya petani, mereka pasti juga bilang kalo saya pasti jadi petani.

Mungkin untuk ukuran anak 8 yang mayoritas pengen masuk FKUI, saya termasuk anak-anak anomali. Kenapa saya gak pengen jadi dokter?
1. Jam terbangnya terlalu tinggi. Profesi dokter menuntut pelakunya untuk melayani pasiennya tanpa kenal waktu. Contoh gampangnya, rumah sakit gak ada yg punya rentang waktu operasional dari jam 07.00 - 21.00 kan? (misalnya). Ini menunjukkan bahwa selama rumah sakit buka, masih ada dokter yg bekerja di dalamnya, walaupun waktu itu di luar jam kerja praktiknya. Seperti ayah saya yg pernah baru pulang ke rumah jam 4 pagi dan berangkat lagi ke rumah sakit jam 7 pagi. Hal-hal ini bertentangan dengan saya yg senang hal-hal yg rutin dan gak bisa begadang alias kerjaannya tidur mulu.

2. No work, no money. Selama anda tidak bekerja, anda tidak akan mendapat uang. Saya lebih suka pekerjaan yg menghasilkan passive income, sehingga saya gak perlu kerja banyak untuk menghasilkan income yg sama besar seperti orang yg bekerja. (baca: saya orang yg malas)

3. (kalau insyallah saya punya keluarga kedepannya) Quality time dengan keluarga, terutama anak saya, akan berkurang. Dengan realita sekarang, di mana saya adalah anak seorang dokter dan pegawai swasta yg susah cuti, saya jaraaaaaang sekali menghabiskan waktu bersama keluarga primer saya. Singkat kata, saya lebih suka dibilang 'anak nenek' atau 'anak pembantu' dibanding 'anak mama', karena kenyataannya saya lebih sering berlibur sama nenek-kakek dan menghabiskan waktu di rumah dengan pembantu. Saya gak ingin hal ini terjadi dengan anak saya nantinya, jadi mendingan saya bekerja di rumah atau kerja yg menghasilkan passive income.

4. (obviously) It's definitely not my thing! Saya lebih suka menghitung daripada merelasikan pengetahuan yg saya baca dengan kasus yg saya hadapi atau dengan kata lain studi kasus. Saya gak suka melihat sesuatu yg gak normal - orang yg badannya tertancap kaca-lah, orang yg kecelakaan sampai berdarah"-lah, bahkan saya gak kuat ngeliat orang berdarah karena kebeset kaleng! Saya gak suka mengambil resiko, saya bukan orang yg rajin, dan pastinya saya bukan orang yg kuat untuk belajar ilmu kedokteran selama 7 tahun!

Maka dari itu, saya lebih prefer ambil:

1. Mechanical Engineering

Mechanical engineering is a discipline of engineering that applies the principles of physics and materials science for analysis, design, manufacturing, and maintenance of mechanical systems. It is the branch of engineering that involves the production and usage of heat and mechanical power for the design, production, and operation of machines and tools.

2. Electrical & Computer Engineering


Computer engineering, also called electrical & computer engineering, computer science & engineering, or computer systems engineering, is a discipline that combines both electrical engineering and computer science. Computer engineers usually have training in electronic engineering, software design and hardware-software integration instead of only software engineering or electronic engineering.

3. Architecture
Architecture (Latin architectura, from the Greek ἀρχιτέκτων – arkhitekton, from ἀρχι- "chief" and τέκτων "builder, carpenter") can mean:
  • The art and science of designing and erecting buildings and other physical structures.
  • The practice of an architect, where architecture means to offer or render professional services in connection with the design and construction of a building, or group of buildings and the space within the site surrounding the buildings, that have as their principal purpose human occupancy or use.[1]
  • A general term to describe buildings and other structures.
  • A style and method of design and construction of buildings and other physical structures.

Pengennya ngambil di luar negeri, tapi salah satu panelis seminar tentang sekolah di luar negeri bilang gini: "Kalo mau belajar di luar, mending S1-nya di Indonesia biar
punya basic pengetahuan yg sama, jadinya kalo mau kerja di Indonesia lagi, gak perlu susah" belajar ujian persamaan. Baru nanti S2-nya di luar. Tapi kalo mau S1-nya di luar, mending ambil major yg gak ada di Indonesia, jadi anda punya pengetahuan yg gak umum, tapi pada kenyataannya bisa diimplikasikan di Indonesia, karena gak banyak orang punya kemampuan tersebut."


Nah, PR liburan saya sekarang adalah mencari jawaban dari opsi kedua panelis tersebut, karena...saya entah kenapa gak minat sekolah di Indonesia, terutama UI. Saya belom mengeksplor UI terlalu dalam sih, tapi sepertinya saya tipe "judge the book by its cover"- kalo mau masuk teknik, masuk ke kampus yg ada nama 'teknik'nya, kayak ITB. Bilang saya freak, tapi itulah saya.

Salah satu yg bikin saya bingung memilih jurusan karena saya kebanyakan hobi. Saya suka belajar bahasa asing. Saya suka main biola. Mungkin kalo saya udah durhaka sama orangtua saya (astaghfirullah, jangan sampe!), saya udah ambil sastra bahasa asing sama teori musik.
NB: passive income: pendapatan yg didapatkan tanpa bekerja-biasanya berupa royalti atau hasil bermain saham

Karena pekerjaan tidak akan jadi membosankan selama kita masih punya passion di bidang itu :)

1 comment:

Hansya's said...

RP @rahmatikadiinzu Karena pekerjaan tidak akan jadi membosankan selama kita masih punya passion di bidang itu :)