Lokasi ujian terletak di Pantai Karang Suraga, Anyer, Banten. Tapi sebelumnya, ak berangkat dari Depok karena ak nebeng sama Azha dan Kak Hasna. Mereka juga ikut ujian kader. Kami bertigapun tidak langsung menuju lokasi ujian, karena kami berangkat hari Sabtu. Takut kelelahan, maka dari itu kami tidak berangkat hari Minggu. Kami menginap di rumah Usth. Yuli, mantan wali asrama ak pas kelas 1&2 SMP selama 1 malam.
Hari Minggu jam 01:30 pm, seluruh peserta ujian kenaikan tingkat Tapak Suci Putra Muhammadiyah dari Nurul Fikri Boarding School (NFBS) berangkat menuju lokasi ujian menggunakan truk bak terbuka *yang biasanya ngangkut sapi qurban itu lhoo. Lumayan bikin capek juga sih, tapi yg penting kami semua bisa mengikuti ujian dengan baik. Apalagi kami bertiga (ak, Azha, Kak Hasna) gg ada persiapan apa" karena di sekolah kami masing" gg ada ekskul Tapak Suci. Kami hanya bermodalkan nekat dan kemauan untuk menjadi kader.
Sesampainya di lokasi, kami sholat Ashar dan diikuti dengan upacara pembukaan acara. Sesudah itu, ada latihan dan pemantapan jurus yg diujikan. Kami bertiga dengan giat dan penuh semangat meminta kader" yg ada untuk mengajari kami jurus" yg belum dipelajari *modal nekaat. Jumlah peserta ujian ada sekitar 144 orang, dan yang mengikuti ujian kader ada 10 orang, yaitu kami bertiga ditambah kak Pipi, kak Firda, kak Helen, Shofi, Urfi, Prili, Devi.
Sehabis pemantapan jurus, dan diikuti sholat Maghrib yg dijama' sholat Isya, kami belajar dari Pamukat Tapak Suci (semacam handout yg berisi materi ketapaksucian, kemuhammadiyahan, dan keislaman) untuk mengikuti ujian tertulis dan lisan (khusus untuk ujian kader). Oh iya, ujian lisan untuk calon kader juga ditambah dengan dakwah singkat *semacem kultum gitu deh. Setelah itu, ada ujian kejurusan, yaitu ujian dengan memperagakan jurus" yg telah dipelajari sebagai indikator kelulusan naik tingkat. Ujian kami (calon kader) baru dimulai sekitar jam setengah 12 malam, karena pengujinya juga menguji anak" tingkat lain. Akhirnya, kami tidur sebentar, mengumpulkan tenaga untuk mengikuti caraka malam sesudahnya.
Ujian jurus selesai, caraka malampun dimulai. Kami bersepuluh berada dalam satu kelompok yg berangkat lumayan belakangan. Maklum, semua peserta dibagi menjadi 14 kelompok dan kami kelompok ke-13. Caraka malam terdiri dari 4 pos. Tentu saja di tengah perjalanan kami, ada saja panitia yg 'kreatif' menakut"i dgn menjadi pocong ataupun menimbulkan suara" yg cukup membuat seluruh anggota kelompok merinding. Karena kami mengikuti ujian menjadi kader, maka dari itu hampir 3 dari 4 pos mengharuskan kami untuk sparing atau berantem, dan itu cukup menyakitkan, apalagi yg terkena pada bagian" vitalnya. hahaha :D
Caraka malam sangat melelahkan dan kami bersepuluh benar" butuh istirahat. Namun sepertinya takdir berkata lain. Setelah kami melewati pos 4 yg berada dekat basecamp, adzan Subuhpun berkumandang. Kami harus sholat Subuh, baru kami bisa tidur hingga matahari terbit. Sebangunnya dari tidur, kami operasi semut, merapikan dan melipat tenda" yang dijadikan tempat meletakkan tas. Setelah itu, baru kami mengisi perut yg sedaritadi minta diisi. Setelah itu, semua peserta dan panitia mengikuti upacara penutupan yg termasuk didalamnya simbolis penyematan sabuk kepada perwakilan setiap tingkatan. Dan tidak lupa kami, yg juga diberi sabuk biru kami yang baru :)
Setelah itu, kamipun bersalaman dengan panitia dan juga sesama peserta. Dan di akhir acara, tidak lupa kami, para kader baru berfoto dengan segenap kader yg merangkap sebagai panitia. Semua lelah, pegal, senang dan sedih menjadi satu. Lelah dan pegal sesudah mengikuti ujian, senang setelah mendapatkan sabuk biru, dan sedih karena dengan keadaan sangat pegal dan lelah, kami harus kembali ke sekolah menggunakan truk bak terbuka lagi :( hahaha
Semakin naik tingkatan pada Ujian Tapak Suci, makin berat pula beban yg ditanggung. Kami diamanahkan utk tetap melatih keilmuan kami. Dan akupun teringat dengan kata" kak Edi, pelatih Tapak Suci kami.
Menjadi kader Tapak Suci, artinya kamu telah siap mengorbankan seluruh waktumu untuk mengamalkan seluruh ilmu yg kamu punya. Kak XXX (ia menyebut nama seorang kader senior) berani menentang larangan istrinya utk menjadi penguji pada ujian ini. Semua itu bukannya tanpa alasan, tapi demi mengamalkan keilmuannya, ia rela berkorban. Bahkan bagi seluruh penguji yg ada di sini (dan kebetulan semuanya laki"), mereka menganggap Tapak Suci sebagai istri pertama mereka.