Setelah berbulan-bulan vakum dari dunia per-blog-an, akhirnya gue kembali lagi! Yeaaay *gak jelas* Oke skip.
Jadi selama masa vakum itu, banyak peristiwa yg terjadi, di antaranya:
1. 8 Islamic Skills Competition a.k.a 8 Mission --
selengkapnya baca blognya Ikhsan. Males nulis, heheIntinya, acara ini adalah proker Rohis 8 berupa LOKETA (Lomba Keterampilan Agama) dengan 7 cabang lomba - MTQ, Adzan, Marawis, Cerdas Cermat, Jilbab Syar'i, Kultum, dan Kaligrafi. Dan lagi-lagi, gue jadi sekretaris bersama Insan si penjual pulsa (hehe peace san). Dan gue superrrr gabut selama acara karena sekretaris biasanya sibuk di awal dan akhir acara aja, ngurus proposal dan LK. Pra-pelaksanaan acara, kerjanya ....nyatetin rapat. Mana akhir-akhir ini file-ing gue lagi kacau pula, ckck (loh kok curhat). Sayangnya, gue gak dateng pas hari H karena event ke-2 yg akan terjadi setelah ini. Lengkaplah sudah dua tahun sebagai anak Rohis dan gak pernah dateng 8 Mission -___- Dan alhamdulillah, acara ini berjalan dengan lancar dan lebih baik dari tahun lalu.
2. Tour de Germany
Musim liburan memang belum lewat- jangan berpikir kalian udah melewatkan musim liburan. Di saat 8 lagi hectic dengan segala-macam-ujian dan gue dengan preparation AS level exam, di mana gue mengambil 4 subjects - Math, Physics, Biology, General Paper - dan kebanyakan temen-temen gue ngambilnya cuma Math aja (karena wajib), gue diajak liburan ke Jerman. Cukup gila, bukan? Dan mungkin, kata 'liburan' di sini agak kurang tepat, karena gue diajak karena:
1) Adek gue udah liburan. Satu setengah bulan sampai tasyakuran.
2) Kakek-Nenek gue mau jenguk om yang tinggal (dan udah jadi warga negara) di sana. Karena mereka udah lansia, mana Nenek gue lututnya bermasalah, Kakek gue susah jalan karena obesitas, jadi mereka perlu GUARDIAN. Inilah tugas utama gue di sana.
3) Gue udah berusaha biar gak ikut ke sana karena -again, gue (sok) sibuk sama persiapan AS level, dan makin deket hari-H ujian, pasti banyak Try Out". Dan yg sebelnya.. gue gak ikut 8 Mission :'( Mana bokap-nyokap gue juga gak bisa cuti, akhirnya anak tertuanyapun dijadikan tumbal.
Oke, kita mulai perjalanan kita. Kencangkan sabuk pengaman anda, tegakkan sandaran kursi, kunci dan lipatlah meja yang berada di depan anda.
Day 1 and 2 (30 April 2010): Jakarta - Doha - Berlin Tebak jam berapa gue take off dari Soekarno-Hatta? Bener, jam setengah 2 pagi. Naik Qatar Airways ke Berlin dan harus transit di Doha (ibukotanya Qatar). Perjalanannya sekitar 7-8 jam dan nyampe di Doha jam setengah 6 pagi waktu sana (Waktu Indonesia Barat dikurang 4 jam). Pas ngantri mau transitnya...banyak banget orang Indonesianya! Se-security X-Ray barang-nyapun orang Indonesia! Soalnya pas pesawat gue mendarat, trus kan banyak TKI-TKI gitu, si petugasnya bilang, "Sabar mbak..jangan desek-desekan.." Mana TKInya ada yg salah masuk ke bagian transit, lagi! Bukannya ke bagian yg mau masuk negaranya. Akhirnya, serombongan penuh TKI pindah dari barisan transit ke bagian masuk ke Qatar-nya, phew!
Setelah melewati X-Ray, akhirnya masuk dan ke gate tempat masuk pesawatnya. Tapi, di boarding passnya bilang kalo gue berangkatnya jam setengah 1 siang. Artinya...gue mesti nunggu 7 jam di airport!!! Akhirnya gue dan adek gue (kita berangkat berdua dari Jakarta-Berlin) keliling-keliling airport kayak anak hilang! Dari Duty Free Shop-nya, Cafe, sampe nyari-nyari stop kontak buat nyolokin adapter laptop biar bisa pake Wi-Fi gratis. Nyatanya? Gak bisa connect sama sekali -___- Mana HP gue juga gak bisa dipake di sana, mungkin karena im3 abalan *jahat*, padahal HP adek gue yg pake Matrix bisa dipake, bzzt.
Selain itu, gue juga norak banget. Karena ini pertama kalinya gue ke luar negeri sendiri (adek gue gak dihitung soalnya dia maunya ngekor gue aja) dan pertama kalinya juga gue transit, gue bolak-balik ke security desk buat nanyain koper-koper. Padahal orang securitynya udah bilang, "It's fine", tapi gue tetep aja cemas! Sampe orang securitynya bosen ngeliat gue kali ya, haha. Akhirnya setelah nunggu 7 jam di sana, gue berangkat juga ke Berlin.
Di Berlin, ternyata koper gue ada! *norak maksimal* Alhamdulillah. Dan ternyata, kakek-nenek gue udah nunggu di sana juga. Om gue dan mobilnya lagi muter, soalnya biaya parkir di airport Berlin Tegel mahal banget! Katanya 1 jam bisa sampe 20 Euro (20 x Rp.12000 = Rp240.000!). Akhirnya setelah mendarat, kita ber5 makan di Kebab House gitu punya orang Libya, baru nganter gue dan adek gue ke hotel tempat kami ber2 (sama adek) nginep buat semalam. Errr..mungkin ini lebih tepatnya bukan hotel sih, tapi kayak motel yg ada di pinggir jalan raya. Tapi kamarnya bagus dan terlihat hangat. Abis unpacking, kami ber5 ke hotel tempat kakek-nenek gue nginep. Ternyata deket banget! Jadi besok paginya kalo mau ke Braunschweig (kota tempat om gue tinggal), gue + adek tinggal narik koper kami, nyebrang jalan, jalan sedikit, sampai deh!
Day 2 - Berlin-Braunschweig (via Poland)Setelah nginep satu malam di Berlin, kami ber5 ke Braunschweig. Tapi ternyata, om gue mau ke Polandia dulu buat beli rokok buat kiosnya (FYI, om gue buka kios sama warung pizza di Braunschweig)
Jalan ke Polandia dari Berlin makan waktu sekitar 3-4 jam. Itu dengan kecepatan mobil om gue yg gak pernah kurang dari 100 km/jam (wajar, soalnya di Jerman mobilnya sedikit dan kecil-kecil, jadi gampang nyalipnya). Kenapa harus Polandia? Karena harga rokok di situ lebih murah. Dan om gue belinya di toko yg cuma jual rokok dan alkohol. Nah di situ, nenek gue melihat sesuatu yg mirip sama selai strawberry gitu. Pas ditanya, ternyata itu buat shisha -_____-.
Banyak mobil berplat ini di Poland. FYI, inisial di bawah lambang European Union itu adalah inisial nama negara. D is for Deutsch, PL is for Poland, and so on.
Dari Polandia, kami ber5 langsung ke Braunschweig. Karena gue dan adek gue udah gede (dalam hal umur maupun ukuran tubuh), kami ber4 - minus om gue yg punya apartemen sendiri- nginep di salah satu hotel. Lagi-lagi, ini hotel bukan sembarang hotel. Hotelnya ada di sebuah gedung, jadi pemiliknya 'beli' satu unit gitu, nah di unit itu dibikin kamar buat hotelnya.
Ini pintu masuk hotelnya. Jadi 'hotel'nya ada di dalem situ-10 kamar yg lumayan gede, 2 kamar mandi masing" buat cewek-cowok (tapi di kamar kakek-nenek gue udah ada kamar mandinya), dan DAPUR! Dan nenek gue udah menyiapkan berbagai macam ransum yg sangaaaat banyak. Mending kalo bawanya mie instan aja. Nenek gue sampe bawa rendang, dendeng + sambelnya segala! Jadi gak ada yg namanya kangen"an masakan Indonesia, sekalian menghemat uang buat beli makanan di sana - karena susah nyari makanan halal di Braunschweig.
Makanan-makanan ini dengan sukarela dimasukkan ke dalam koper dan dimasukkan ke bagasi, demi memenuhi perut-perut lapar kami di negeri orang
Di Braunschweig, kami berempat jalan-jalan ke sekitar daerah situ. Udaranya masih superrr bersih, dingin (padahal itu masih transisi dari Spring ke Summer) sampai" gue harus pake sweater tebel yg untungnya baru dikasih (dan bodohnya karena gue pikir udah summer, gak bakal sedingin itu. Crap). Udaranya bersih banget karena mayoritas orang Jerman travelling naik sepeda, jalan kaki, naik bus atau trem. Sepeda motor aja jarang banget gue temuin, dan sekalinya ketemu, rider-nya pakai protection kayak mau lomba Moto GP. Dan salah satu tempat yg dikunjungi adalaaaah:
Schlöβ Arkaden!Gedung ini tadinya adalah istana raja yg diubah jadi shopping district. Besaaaar banget, dan hanya berjarak satu stasiun trem kalo naik trem dari Hagenmarkt - tempat gue nginep. Jadi lumayan sering ke sana, hehe.
Day 3 and on - Braunschweig Independent City TourGak, gue gak ikut tour manapun buat keliling Braunschweig. Hanya mengandalkan ingatan nenek yg tiap tahun selalu ke Jerman (buat ngunjungin om gue, pastinya), kami berempat jalan-jalan di Braunschweig. Dan karena gue jalan-jalan sama orang tua, jadi gak banyak tempat yg dikunjungin. Untungnya kadang-kadang kakek-nenek gue pengen istirahat, dan mereka memberikan izin gue dan adek gue buat jalan-jalan, hehe.
Salah satu tempat yg gak sengaja dikunjungi adalah suatu shopping district yg baru gue sadari adalah tempat gue pernah hilang pas ke Jerman 10 tahun yg lalu!! Gue masih inget banget hilang di situ karena letak toko-tokonya gak ada yg berubah sama sekali. Kenapa gue hilang di situ 10 tahun yg lalu? Karena gue pergi bareng adeknya nenek gue, dan doi mau beli coklat buat cucunya, dan di antara kami, gak ada yg tahu jalan pulang! Untungnya gue bawa permen dari hotel tempat kami nginep, jadi gue nanya jalan sambil nunjukin permen yang berlogokan lambang hotel tersebut, hahaha.
Salah satu site di shopping district tersebut:
Air mancur di depan gereja bergaya Romantik. Gerejanya ada di belakang fotografer
Buat orang yg follow twitter gue (@rahmatikadiinzu), gue pernah ngetweet 'Test ngetweet dari telepon umum', dan inilah telepon umum yg gue maksud. Telepon umum bertouchscreen keluaran T-Mobile ini sebenarnya adalah Wi-fi router, jadi kalo cari Wi-fi sekitar telepon itu, pasti ketemu. Too bad, Wi-finya gak gratis (semacem Wi-fi im2 kalo di Indonesia). Mengapa bertouch screen? Karena telepon umum ini juga bisa berfungsi sebagai tourist information. Masukkan koin ke slot di sebelah kanan bawah screen, dan pakailah telepon umum ini sesukamu hingga waktunya habis. Sayangnya, di telepon umum ini gak ada web browser, dan hanya bisa buka Twitter, Google, dan email client seperti Hotmail atau Yahoo. FYI, di belakang telepon umum itu adalah toilet umum super keren (sayangnya gak sempet difoto) seharga 20 sen sekali masuk.
Btw, kenapa gue bilang 'gak sengaja dikunjungi'? Karena waktu itu gue dan adek gue lagi nyari money changer bernama Raisebang-the one and only money changer around S
chlöβ Arkaden, mereka bilangnya 'You can walk for ten minutes, then you can find Raisebank'. Setelah muter-muter sana sini, akhirnya ketemu! Tapi ternyata bank-nya lagi istirahat, jadi kami jalan-jalan dulu sambil narsis sana sini :D
Buat orang yg follow twitter gue (@rahmatikadiinzu), gue pernah ngetweet 'Test ngetweet dari telepon umum', dan inilah telepon umum yg gue maksud. Telepon umum bertouchscreen keluaran T-Mobile ini sebenarnya adalah Wi-fi router, jadi kalo cari Wi-fi sekitar telepon itu, pasti ketemu. Too bad, Wi-finya gak gratis (semacem Wi-fi im2 kalo di Indonesia). Mengapa bertouch screen? Karena telepon umum ini juga bisa berfungsi sebagai tourist information. Masukkan koin ke slot di sebelah kanan bawah screen, dan pakailah telepon umum ini sesukamu hingga waktunya habis. Sayangnya, di telepon umum ini gak ada web browser, dan hanya bisa buka Twitter, Google, dan email client seperti Hotmail atau Yahoo. FYI, di belakang telepon umum itu adalah toilet umum super keren (sayangnya gak sempet difoto) seharga 20 sen sekali masuk.
Btw, kenapa gue bilang 'gak sengaja dikunjungi'? Karena waktu itu gue dan adek gue lagi nyari money changer bernama Raisebang-the one and only money changer around SMy second favourite spot:
Semacem 'Giant'nya Jerman. Dan layaknya supermarket lainnya di Jerman, kita harus beli kantong plastik buat bawa belanjaan, ato gak kita bawa sendiri kantong belanjaan. Kerennya lagi, kita bisa daur ulang botol minum dengan masukin botolnya ke dalem mesin, dan kita bisa dapet 25 sen per botol dan bisa jadi diskon kalo kita belanja di supermarketnya :)
Day 7 - Berlin and Home
Karena bentrok sama AS Level Pure Math, gue mesti pulang lebih awal dari adek dan kakek-nenek gue. Padahal mereka mau ke Munich, jenguk istrinya Pak Habibie :( Akhirnya gue pulang sendiri Berlin-Jakarta.
Pas jalan dari Berlin-Doha, pesawatnya super sepi. Gue duduk di tempat yg bertiga dan cuma diisi berdua sama orang India. Dan pas dari Doha-Jakarta..rame sama TKI dan orang" yg baru pulang umroh. Karena gue ada di seat agak belakang dan jatahnya buat berdua, seatmate gue adalah seorang TKI yg udah sekian lama gak pulang kampung. Percakapanpun dimulai.
T (TKI): Mbak, pulang ke Jakartanya ke mana?
G (gue): Ke Kuningan mbak
T : Kuningan.. Jawa Barat?
G : *facepalming* Bukan mbak. Kuningan.. Mega Kuningan.. Setiabudi.
T : Tapi itu di Jawa kan?
G : Iya (karena gue pikir awalnya 'Jawa' itu 'Pulau Jawa', jadinya..)
T : Ooh, Jawa Timur?
G : *cuek, gak dengerin lagi*
Beberapa saat kemudian..
T : Gimana mbak, 3 tahun di sini?
G : *mikir. 3 tahun? Jangan bilang maksud lo..* Nggak mbak, saya bukan TKI. Saya baru pulang dari Berlin. (dalem hati: Enak aja, lo kira gue TKI? Mentang" gue pake kerudung, jadinya..)
Dan TKI itu agak 'sedikit' mengekor gue. Dari menu makanan, sampe form bea cukai gue juga dicontek. Bukannya sok hebat, tapi dari dulu gue risih kalo diplagiatin. Huuuh. Untungnya perjalanan Doha-Jakarta lumayan cepat berlalu.
I totally miss Germany a lot. I wish I can attend a certain university there.