Aneh? Gue memang baru tiga-empat kali-an ke tempat favorit warga Jakarta melepas penat itu. Yang pertama dan kedua pas gue kecil, dan yang gue inget cuma gue kabur ke lantai dua vila yg gue tiduri gara-gara takut naik kuda. Freak memang. Yang ketiga, beberapa hari sebelum tsunami Aceh, dan nginep bukan bareng orang tua, tapi bareng kakek-nenek. Dan yang keempatpun gak bareng kakek nenek, dan bukan juga bareng orang tua. Tapi dalam rangka ikut pelatihan "Public Speaking and Enterpreneurship" yang diselenggarain sama Dinas Pemuda dan Olahraga Kodya Jakarta Selatan.
Dan ini pelatihan yang aneh.
Keanehan pertama: Di surat undangan yang dikirimkan ke SMA gue, udah jelas tertulis:
"...demi meningkatkan kompetensi siswa SMK se-Jakarta Selatan..."
What the...? Asumsi pertama gue, emang sekretaris yang ngetikin undangan itu salah ketik. Asumsi kedua, itu undangan buat SMK se-Jaksel. Dan ternyata, asumsi kedua gue mendekati kebenaran seiring dengan ditemukannya keanehan-keanehan lainnya.
Keanehan kedua: Jadwalnya ngaret parah. Beberapa orang dari rombongan kamipun sempat jajan, termasuk gue. Oh iya, rombongan kami terdiri dari 11 orang, yaitu Ina, Nisa, Rizka, Emil, Shaula, Dyza, gue, Hanif, Pras, Rendra, dan Hakim. Pelopor dari kegiatan jajan menjajanpun, tak lain dan tak bukan adalah Pras, yang dengan santainya menyantap rujak di luar bis pengap yang sedang menunggu untuk diberangkatkan. Dasar manusia berotak dominan reptil, beberapa orangpun beranjak menuju abang-abang tukang rujak yang dengan setia menunggu di luar. Gue sebenarnya juga ingin jajan, tapi gue gak suka rujak. Penjaja makanan yang gue tau di sekitar situ cuma restoran Padang, tapi jauh dan malesin. Akhirnya, gue menemukan sebuah restoran kecil dengan makanan dan minuman aneh yang dijajakan:
Es SoklatOh well, that's quite good spot I think. Lalu gue ajak Dyza untuk jajan di situ, sembari menghirup udara segar di luar bis pengap tersebut. Gue dan Dyza sepakat untuk memesan pecel ayam. Sekembalinya ke bis, seperti biasa makanan kami diserbu (well, lebih tepat makanan Dyza karena makanan gue bebas jamahan tangan :p) tangan-tangan yang haus akan kontak dengan makanan. Tak lama setelah itu, bis pun berangkat.
Wedang Jahe Soklat
Sembari bercerita tentang banyak hal, dari Gandul sampai Cinere (ini topik ya, bukan daerah) kita bicarakan. Hingga semua tertidur dan sampai di tempat tujuan.
Keanehan ketiga: Suratnya bohong! Acara tidak dilaksanakan di Wisma DPR, tapi wisma yang jauh, sekitar 1 km dari wisma DPR.
Kami sampai, turun dari bis, dan dipecah menjadi dua. Yang lelaki bermalam dan memakan makan siang-malam-pagi di wisma bawah, dan wewanita melakukan hal yang sama di wisma atas. Setelah beberes dan menghabiskan waktu satu jam, kami beranjak ke tempat pelatihan. Registrasi dan prosesi duduk kami lalui, dan sesi pembukaanpun dimulai. Keanehan demi keanehan terus terungkap...
Keanehan keempat: EH BENAR, KAMI SATU-SATUNYA PESERTA DARI SMA DI RUANGAN ITU. Hal itu terungkap ketika pembuka acara menanyakan,
Pembuka Acara (PA): Ini semua dari SMK kaaaaan?Ah, biarlah. Toh materi yang diberikan tidak terlalu spesifik dan menjurus ke arah pendidikan ke-SMK-an.
Peserta (P): Iya paaaaak
Kami (K): Nggaaaaak
PA: Baik, siapa peserta dari SMA di sini?
K: (tunjuk tangan)
P: (menengok ke arah kami)
Materi pertamapun dimulai, yaitu tentang Public Speaking. Kami disuruh membentuk 6 kelompok dengan sistem hitung. Kelompok 1 dihuni oleh Nisa dan Emil (anak 8-nya), kelompok 2 dihuni oleh gue semata \(>n<)/, kelompok 3 tidak dihuni siapapun, kelompok 4 ada Hanif, Shaula dan Pras, kelompok 5 ada Hakim dan Rizka, dan kelompok 6 ada Rendra, Ina, dan Dyza. Masing-masing kelompok diwajibkan menunjuk seseorang untuk menjadi ketua kelompok, seorang untuk sekretaris, dan membentuk sebuah nama kelompok. Setelah itu dipresentasikan kesemua itu.
Keanehan kelima: 4 dari 6 ketua kelompok adalah anak 8!
(well, ini bukan keanehan dari acaranya, tapi keanehan secara global. Tapi, dimasukin aja deh) Ya, hampir semua kelompok yang dihuni anak 8 memiliki ketua kelompok anak 8 juga, kecuali kelompok 3 yang kesemuanya anak SMK, dan kelompok gue. Mengapa gue gak mau jadi ketua? Karena gue lebih senang mendedikasikan diri gue sebagai seorang sekretaris (walaupun . Ketua kelompok gue bernama Isna, anak Teknik SMK Bakti Dhata (seinget gue). Setelah presentasi, materi demi materipun kami lahap. Coffee break, materi Public Speaking lagi, lalu ishoma.
Keanehan keenam: Para lelaki (baca: Pras dan Hakim) rajin menyambangi persinggahan kami.
(ini juga termasuk keanehan global) Mereka menerapkan sistem "sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui". Maksudnya, ketika mereka sholat, di mana tempat sholat itu terletak di depan persinggahan kami, mereka sekalian mengunjungi kami. Baik ya? Mereka (baca: Pras) juga sering sekali menawarkan persinggahan mereka untuk disambangi. Terima kasih, tapi pada akhirnya kami tidak pernah melakukannya karena tidak ada pulau lain yang bisa dilampaui jika kami ke sana.
Setelah itu, materi Enterpreneurship yang menarik sehingga gue sempet sakit perut dan tertidur sebentar untuk mengurangi rasa sakit itu. Entah, apa karena materinya yang menarik atau gue, yang lagi-lagi teracuni pada saat makan malam. Coffee break, lalu dilanjutkan dengan diskusi tema. Kelompok gue melakukan hal yang fatal, padahal sudah gue peringatkan sebelumnya. Setelah itu, kami kembali ke peraduan kami di pulau kapuk.
Namun, dasar bandel. Kami, para wewanita, tidak langsung tertidur. Tetapi kami malah menepuk-nepuk nyamuk sembari mengejar para bebabian. Namun, jangan percaya itu semua, karena itu bohong! Kami bersenda gurau dan diperadukan ke pulau kapuk.
Kami tidur telat dan (pasti) bangun telat. Ina (yang dengan segenap maaf gue haturkan atas alarm HP gue yang super berisik dan gue gak kunjung bangun) sepertinya telah bangun duluan. Gue baru bangun jam setengah enam dan langsung sholat subuh. Lalu jam setengah tujuh kami dikumpulkan di lapangan depan tempat pelatihan untuk berolah raga dan olah rasa. Kami melakukan senam peregangan, dan dilanjutkan dengan dua team building games.
- Game pertama: Memindahkan gelas yang ada di atas taplak ke suatu titik. Semua tangan anggota kelompok harus ada di pinggir taplak, bukan tempat lain. Kami juga harus melewati rintangan. Alhamdulillah, kelompok gue memelopori kesuksesan game ini ke kelompok lain.
- Game kedua: Mengambil jeruk yang ada di luar batas kekuasaan kaki dan badan. Jadi, beberapa utusan kelompok kami harus mengambil jeruk yang terletak di arena "Hand Only". Dengan kata lain, hanya tangan yang boleh menyentuh tanah di arena itu. Namun, tak ada satu kelompokpun yang berhasil pada game ini.
Note sampah: Kami (anak 8) mendapati bahwa anak SMK memiliki sifat pemberani, kritis, dan cerdik. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya komentar dan sanggahan yang hinggap di telinga kami. Cerdik, karena mereka dengan mudah mendapatkan pahala dari kami :)
INI SERU dan gue gak nyesel ikut ini HAHAHA